Saturday, October 26, 2019

Mengembalikan Kejayaan Lada Lampung

Panggilan Tanah Lada pernah disematkan pada Lampung. Ya, propinsi pintu gerbang Sumatera ini pernah sejahtera dengan kejayaan komoditas lada hitam yang populer bukan sekedar di negeri tetapi sampai dunia internasional. Tetapi, kejayaan itu nyatanya tinggal masa lalu.



Walau sebenarnya, pada 1970 produksi lada Lampung dapat sampai angka 50 ribu ton dengan tingkat produktivitas tempat sebesar 1,5-2 ton per hektar. Serta Lampung sempat menguasai serta jadi penyuplai sejumlah besar lada hitam dunia. Propinsi Lampung tempati posisi ke-2 jadi penyumbang export komoditas lada di Indonesia, sesudah Bangka Belitung.

Baca Juga : Pengertian Software

Pada masa kejayaannya, komoditas ini berperan relevan pada penambahan kesejahteraan warga serta perekonomian bumi ruwa jurai. Lampung mempunyai luas tanaman lada seputar 44.454 hektar; dari luasan itu jumlahnya produksi sekitar 12.778 ton dengan produktivitas 427 kg per hektar.

Sedang dalam rasio nasional, semenjak 2013 tempat Indonesia jadi penyuplai paling besar lada dunia memang mulai berubah diganti oleh Vietnam. Cukup dengan luas tempat 80 ribu hektar nyatanya Vietnam dapat menghasilkan lada sampai 120 ribu ton pada 2015. Berlainan dengan Indonesia, dengan luas perkebunan sampai 171 ribu hektar cuma dapat menghasilkan 91 ribu ton baik lada hitam atau putih pada 2013. Bukti merosotnya produksi lada nasional ini pasti berawal dari merosotnya produksi wilayah terhitung di Lampung.

Deregulasi Tempat

Artikel Terkait : Pengertian Hardware

Merosotnya produksi lada berlangsung sebab faktor-faktor. Diantaranya ialah deregulasi tempat perkebunan lada di Lampung yang terus berlangsung. Kabupaten Lampung Utara yang disebut salah satunya wilayah penghasil lada paling besar alami penyusutan tempat cukup relevan dalam periode waktu enam tahun paling akhir. Penyusutan 14.849 ha adalah jumlahnya cukup banyak. Lebih itu baru dari satu kabupaten penghasil. Data Dinas Perkebunan Propinsi Lampung mengatakan produksi lada hitam Lampung dari 50 ribu ton pada masa 1970-an jadi seputar 23.239 ribu ton sekarang.

Diluar itu, unsur lain ialah tidak stabilnya harga jual lada. Dalam beberapa waktu paling akhir, harga lada di Lampung fluktuatif, serta condong terus alami penurunan. Sekarang harga hasil tanaman perkebunan itu sekitar Rp 25.000/kg. Pada harga begitu membuat petani tidak untung serta selanjutnya malas untuk menanam lada. Ditambah dengan ramainya hama serta kurangnya pertolongan pemerintah pada beberapa petani.

Harus Dikembalikan

Artikel Terkait : Pengertian Brainware

Kejayaan lada Lampung pasti harus selekasnya dikembalikan. Ini supaya kesejahteraan warga Lampung semakin bertambah. Karena, sekarang Lampung masih jauh ketinggalan dengan propinsi yang lain, terhitung di Sumatera. Walau sebenarnya, Lampung mempunyai kekuatan sumber daya alam yang benar-benar melimpah.

Kembalikan kejayaan Lada Lampung dapat dikerjakan dengan beberapa langkah. Harus ada proses perbaikan baik di hulu sampai hilir. Yaitu dari mulai on farm, proses hilirisasi, pemasaran produk, atau kelembagaannya. Diantaranya butuh dengan tingkatkan produksi lewat aplikasi good agricultural practice (GAP) dalam proses budidaya, serta intensifikasi tanaman lada.

Baca Juga : Software Adalah

Pemerintah Propinsi Lampung butuh selekasnya membuat program kerja sesuai dengan pekerjaan semasing bagian agar menerapkan beberapa hal berkaitan terbitnya Tanda-tanda Geografis Lada Hitam Lampung (IG-LHL) dan lakukan koalisi kelembagaan serta tehnis penerapan di antara pemerintah propinsi serta kabupaten. Kabupaten penghasil lada paling banyak paling tidak berada di Lampung Utara, Way Kanan, Lampung Timur serta Tanggamus.

Diluar itu, Pemerintah Propinsi Lampung butuh lakukan pengaturan serta konsultasi dengan pemerintah pusat untuk menyosialisasikan aplikasi GAP, good handling practices (GHP) serta good manufacturing practice (GMP) pada petani lada. Program intensifikasi seluas 3.000 hektar harus disukseskan secara cepat.

Baca Juga : Hardware Adalah

Usaha kembalikan kejayaan lada Lampung harus juga diwujudkan sepenuh hati melalui pendekatan kultural serta tehnologi budi daya oke. Hama yang membuat frustrasi petani harusnya ditangani, masalah konsistensi harga lada.

Pemerintah pusat serta propinsi harus memberi dukungan tehnologi pemrosesan hasil hingga petani lada tidak jual komoditas mentah, tetapi dapat memproses komoditas yang memberi nilai lebih. Bila beberapa langkah itu dikerjakan, karena itu dengan perlahan-lahan tetapi tentu kejayaan lada nasional serta Propinsi Lampung dapat diambil kembali.

No comments:

Post a Comment