Wednesday, March 21, 2018

Pameran Dagang Gitar Bantu Capai Target Ekspor

Himpunan Industri Furniture serta Kerajinan Indonesia mempersiapkan pameran bertaraf internasional 2 x dalam satu tahun untuk percepat realisasi tujuan export.

Sekretaris Jendral HIMKI Abdul Sobur menjelaskan dalam pameran yang baru di gelar oleh asosiasi, pihaknya mengestimasi bisa membukukan penjualan US$1, 4 miliar dolar. Rinciannya US$1, 1 miliar adalah estimasi dari transaksi kelanjutan serta US$350 juta transaksi sepanjang pameran.

“Sehingga saat ini penjualan telah US$1, 4 miliar dolar. Menguber tujuan US$2 miliar hingga akhir th. juga akan berat. Karenanya ke depan juga akan kami usahakan dua pameran dalam 1 th., ” kata Abdul di Jakarta, Senin (12/3/2018).

Penyelenggaraan pameran taraf internasional didalam negeri, kata Abdul, tambah lebih efisien dibanding dengan membawa product Indonesia ke pasar-pasar internasional. Dengan pameran taraf besar di Indonesia jadi konsumen dari beragam negara juga akan ada serta mempunyai bermacam pilihan product.

Baca Juga : belajar petikan gitar - kunci gitar

“Kalau turut pameran diluar paling banyak cuma 20 peserta-40 peserta. Sedang anggota Himki menjangkau 3. 000. paling efisien memanglah pameran disini. Transaksi paling besar juga disini pameran taraf internasional didalam negeri” tuturnya.

Selanjutnya Abdul menerangkan sekarang ini pasar export furniture Indonesia paling besar di serap oleh Amerika Serikat. “Terutama untuk sofa serta dining. Sedang berdasar pada zone, pasar terbesarnya Eropa, ” tuturnya.

Tingginya nilai lebih industri furniture serta kerajinan diinginkan bisa menolong pemerintah hentikan gagasan pembukaan kembali export kayu bulat serta rotan alam. Pengalaman anjloknya nilai export olahan Indonesia sesudah pemerintah buka export rotan mentah pada 2005 lantas semestinya jadi pelajaran tidak untuk diulangi.

Baca Juga : panduan chord gitar

Ketua Himpunan Industri Furniture serta Kerajinan Indonesia (HIMKI) Soenoto menyebutkan saran buka kembali export bahan mentah adalah satu kemunduran. Industri dalam negeri tengah berusaha tingkatkan pangsa export.

" Umpamanya China saat ini berkemauan kuasai Asia Pasifik. Silahkan mereka datang, tapi aktivitasnya dari semi finis hingga finishing. Bagi-bagi kerjaan. Berbahan baku hingga semi finishing ditangani Indonesia partner lokal, " tuturnya.

Dengan konsentrasi ke nilai lebih, kata dia, jadi tujuan export Indonesia untuk furniture serta kerajinan sebesar US$5 miliar dalam 2 th. ke depan bisa direalisasikan. " Tidak jamannya sekali lagi bekerja amatiran. Indonesia mempunyai 80% rotan dunia tapi institute-nya di Jerman, " tuturnya.

Musisi Yon Koeswoyo Meninggal Dunia

Vokalis serta gitaris band Koes Plus Yon Koeswoyo wafat dunia pada Jumat (5/1) pagi. Yon sudah membawa berhasil nama Koes Plus dari th. 1969 sampai jadi legenda musik Indonesia.

Dari info yang dirangkum Usaha, Koes Plus yang datang dari Kelurahan Sendangharjo, Tuban, Jawa Timur ini adalah alumnus SMK Negeri 1 Tuban serta selanjutnya jadi pelopor musik pop serta rock 'n roll. Koes Plus bahkan juga sempat dipenjara karna musiknya yang dipandang mewakili aliran politik kapitalis. Di waktu itu tengah garang-garangnya pergerakan anti kapitalis di Indonesia.

Baca Juga : kunci gantung gitar - kunci gitar

Group band ini beranggotakan kakak-adik yang datang dari keluarga Koeswoyo yakni, Yon Koeswoyo, Tonny Koeswoyo, Yok Koeswoyo, serta Nomo Koeswoyo. Genre group musik Kos Plus serupa dengan The Beatles, group musik asal Inggris yang populer di masa th. 1960 an -1980 an.

Dari catatan wikipedia. com, pada th. 1974 Koes Plus keluarkan 22 album, yakni terbagi dalam album lagu-lagu baru serta album-album " the best " termasuk juga album-album instrumentalia, yang di buat dari instrumen asli Koes Plus atau rekaman " master " yang lalu di isi oleh permainan saxophone Albert Sumlang, seseorang pemain dari group the Mercy's.

Jadi rata-rata mereka keluarkan 2 album dalam sebulan. Th. 1975 ada 6 album. Lalu th. 1976 mereka keluarkan 10 album. Mungkin saja rekor ini layak dicatat didalam Guinness Book of Record.

Baca Juga : cara stem gitar

Saat ini, sebagian lagu yang sudah dinyanyikan sekali lagi oleh grup musisi milenial, salah satunya lagu ‘Pelangi’ yang dibawakan group band Netral dengan genre punk rock, ‘Kisah Sedih di Hari Minggu’ yang dibawakan Marshanda serta ‘Manis serta Sayang’ mengusung genre slow rock orchestra yang dibawakan Andy Rif, Erwin Gutawa serta gitaris Eed Sjahranie serta ‘Andaikan Kau Datang Kembali’ yang dibawakan Ruth Sahanaya. Banyak lagu yang lain yang dibawakan musisi baik penyanyi serta group band yang lain.

Gitaris Motorhead 'Fast Eddie' Clarke Meninggal

Gitaris Motorhead Eddie Clarke wafat di umur 67 th.. Berita ini di sampaikan oleh situs resmi Facebook band itu pada Kamis (11/1/2018) saat setempat. Clarke yaitu anggota paling akhir yang sempat rasakan masa kejayaan band metal dari Inggris itu.

Lewat unggahan di situs Facebook itu, anggota band yang lain menyebutkan kalau gitaris yang di kenal jadi Fast Eddie karna permainan gitarnya yang garang nan cepat, wafat waktu dia dirawat dirumah sakit karna penyakit pneumonia. Tak ada info selanjutnya tentang dimana rumah sakit yang disebut.

Baca Juga : teknik dasar melodi gitar - belajar gitar

Band Motorhead sendiri dibuat di London, Inggris, pada 1975 serta sudah melaunching 20 album selama kariernya. Pentolan dalam formasi pertama band itu Ian “Lemmy” Kilmister serta drummer Phil Taylor sudah lebih dahulu wafat pada 2015.

Clarke ikut serta dalam sebagian single populer dari Motorhead, termasuk juga juga dalam album seperti Ace of Spades, No Sleep ‘til Hammersmith, serta Motorhead sebagai single populer di Inggris pada 1981.

Baca Juga : kunci dasar gitar

Sesudah menjangkau puncak karir dengan Motorhead, dia keluar pada 1982 serta membuat band Fastway. Clarke sendiri sesungguhnya adalah musisi yang datang dari genre blues. Keputusannya untuk buat band itu yaitu untuk kembali bermusik di jalur blues.

Dengan band itu, Clarke melaunching album paling akhir selama kariernya dengan judul Make May Day, Back to Blues pada 2014.

Lee Ritenour Paling Ditunggu di BNI Java Jazz Festival

Para pemirsa telah berdesakan mulai sejak jam 21. 30 WIB, di Tebs Hall, JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Jumat (2/3/2018). Tujuan mereka cuma satu : melihat tampilan gitaris dan komposer jazz Lee Ritenour.

Saat pintu di buka jam 22. 10 WIB pemirsa segera memadati ruang hall itu. Lebih dahsyat dari para penampil sebelumnya ditempat ini, semua bangku terisi penuh. Lusinan pemirsa yang kurang cepat mesti ikhlas berdiri atau duduk lesehan. 

Mereka disajikan tampilan jazz kontemporer yang ciri khas dari musisi yang dijuluki jadi Captain Fingers ini. Dia ditemani pemain bass, drum, dan piano. Drummer Ritenour kesempatan ini yaitu anaknya sendiri Wesley Ritenour.

Baca Juga : cara main gitar - belajar gitar

Mulai sejak cuplikan gitar pertamanya sampai pertengahan pertunjukkan, Ritenour tak banyak bicara. Dia cuma tersenyum kadang-kadang dan terlihat begitu konsentrasi pada permainan gitarnya sendiri.

Lagu-lagu yang dibawakannya cukup bermacam dari jazz yang merasa demikian moody dan sedikit blues, sampai jazz yang sedikit mengentak. Pada semuanya lagu yang dibawakannya dia menggunakan gitar Gibson L-5 berwarna coklat kemerahan.

Saat jeda sebelumnya membawakan lagu berjudul Westbound, dia menegur pemirsa dengan hangat.

" Saya seringkali tampil disini, namun saya senantiasa terasa khusus ada disini, di Jakarta, di Java Jazz malam hari ini. Terima kasih telah datang, " tuturnya.

Walau telah jadi legenda hidup musik jazz dunia ia tetap ramah dalam setiap penampilannya. Dia bahkan mengiyakan hasrat pemirsa yang memintanya membawakan komposisi lagu P. A. L. S dan A Little Bumpin mendekati pengujung pertunjukkan.

Baca Juga : kunci dasar drum

Ritenour yaitu musisi yang lahir dan tumbuh di Los Angeles, California, Amerika Serikat. Dia populer ahli memainkan komposisi musik jazz, folk, dan rock.

Namanya sempat jadi pemenang Grammy Awards pada 1986 karena album kolaborasinya dengan musisi Dave Grusin yang berjudul Harlequin. Terkecuali album itu karya-karya yang lain juga seringkali masuk nominasi arena itu.

Eks Gitaris Banda Neira Galang Dana untuk LBH

Ananda Badudu, Eks Gitaris Band Folk Banda Neira, lakukan penggalangan dana untuk perbaiki kantor LBH Jakarta yang rusak.

Rusaknya itu berlangsung sesudah kantor LBH Jakarta pada Minggu (17/9) dikepung massa, sampai menyebabkan kericuhan yang menyebabkan pengerusakan pada sebagian titik di bangunan bersejarah itu.

Support pada LBH Jakarta selalu berdatangan, dapat dibuktikan mulai sejak campaign diawali pada Rabu (20/9) sampai saat ini sudah terkumpul dana sejumlah Rp 41 juta dari 94 orang donatur di situs Kitabisa. com/lbhrumahkita.

Baca Juga : cara stem gitar untuk pemula - belajar gitar

Ananda Badudu, penggagas galang dana untuk perbaikan LBH Jakarta menjelaskan dianya takjub dengan tanggapan positif dari orang-orang. Ananda mengakui tidak sempat menganggap donasi juga akan terkumpul sejumlah serta secepat ini.

" Saya fikir apa yang didapatkan oleh kawan-kawan sekalian lebih dari sebatas support materil, ini yaitu support moril yang buat rekan-rekan LBH makin semangat, " katanya dalam info pers yang di terima Usaha, Senin (25/9/2017).

Ananda menerangkan, galang dana yang ia kerjakan lebih dari sebatas membuat kembali kantor yang rusak, tapi juga lambang support untuk LBH.

Menurut Ananda, siapa saja yang memerlukan pertolongan hukum, LBH senantiasa ada buat mereka. Donasi ini juga akan jadi lambang support orang-orang kalau LBH berdiri untuk keadlian, serta saya optimis kalau LBH akan tidak berjuang sendirian.

Baca Juga : bermain kunci gantung

“Kita keduanya sama yakin kalau LBH yaitu tempat tinggal tempat rekan-rekan kita berjuang menegakkan hukum untuk kebanyakan orang yang memerlukan, tanpa ada lihat latar belakang suku, agama, serta pilihan politik, ” ujarnya.